Medancyber.com – Labura
Seorang warga Labuhanbatu Utara (Labura), Sumatera Utara ditemukan tewas di daerah aliran sungai (DAS) Kualuh. Pria bernama Sabar (41) ini diduga tewas diserang buaya saat sedang mencari ikan di sungai tersebut.
“Ya berdasarkan kondisi tubuh korban saat ditemukan, korban meninggal akibat diterkam buaya,” kata Kapolsek Kualuh Hulu, AKP Sahrial Sirait, ketika dikonfirmasi, Sabtu (5/6/2921).
Sahrial mengatakan, Sabar merupakan warga Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Kualuh Selatan, Labura. Menurut kesaksian warga, korban memang rutin ke sungai, mencari ikan dengan menggunakan bubu (perangkap).
Sebelum peristiwa naas tersebut terjadi, beberapa tetangga mengatakan melihat Sabar pergi ke sungai pada Kamis (3/6/2021), sekitar pukul 07.00 WIB. Biasanya pada pertengahan hari, Sabar yang juga merupakan muazzin di kampungnya, akan segera kembali ke rumah.
“Saat masuk waktu (salat) Zuhur, warga sebenarnya sudah bertanya-tanya. ‘Kenapa Pak Sabar tidak azan.’ Gak biasanya dia seperti ini,” kata Sahrial menirukan kesaksian warga.
Hingga sore hari, ternyata Sabar belum juga pulang. Hal ini menyebabkan warga kemudian memutuskan untuk mencari Sabar.
Hasilnya, sore itu juga warga menemukan sampan yang digunakan Sabar tertambat di di sebuah pohon, di wilayah Kampung Balige Desa Teluk Binjai. Namun, tanda-tanda keberadaan Sabar tidak ditemukan di sekitar sampan tersebut.
Warga kemudian memutuskan untuk memperluas area pencarian. Ketika malam tiba, perasaan warga mulai was-was, karena kabar Sabar belum juga diketahui.
Hingga akhirnya pada pukul 03.00 dini hari (Jumat 4/6), warga menemukan potongan tubuh manusia (kaki sebelah kiri) tak jauh dari lokasi tempat sampan Sabar, tertambat.Â
Penemuan ini membuat warga memutuskan melakukan pencarian intensif.
Pada pukul 08.00 WIB, jasad Sabar akhirnya ditemukan di dasar sungai, setelah beberapa warga memutuskan untuk melakukan penyelaman. Jasad tersebut ditemukan dalam kondisi tercabik-cabik.
“Saat ditemukan, kondisi badan sebelah kiri terkoyak (terbuka). Tangan sebelah kiri hilang dan belum ditemukan sampai saat ini,” kata Sahrial.
Setelah ditemukan, jasad Sabar kemudian dievakuasi BPBD Labura dan diserahkan ke keluarganya. Kemudian sekitar pukul 11.00, jasad Sabar dikebumikan di kampungnya.
Kepala Bidang Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Wilayah II Sumatera Utara, Seno Pramudita mengatakan bahwa beberapa tempat di Labura masih merupakan wilayah yang menjadi habitat buaya. Karena itu, ia mengimbau warga untuk berhati-hati saat beraktivitas di wilayah habitat tersebut.
“Tim kita sudah ada beberapa kali turun ke lokasi yang dilaporkan ada penampakan buaya. Dan itu memang betul. Beberapa sungai di Labura dan termasuk juga di Asahan memang masih habitatnya buaya,” kata Seno.
Untuk wilayah habitat tersebut, Seno mengatakan dia tidak ingat secara pasti, di titik mana saja (sungai-sungai mana saja) yang masih merupakan habitat buaya. Sedangkan jenisnya, Seno mengatakan jenis buaya Senyulong dan buaya Muara.
Seno juga menjelaskan bahwa insting hewan buas termasuk juga buaya, secara umum sebenarnya menghindari kontak dengan manusia. Namun jika merasa terancam atau tertekan, termasuk merasa sumber makanannya terganggu, maka hewan buas akan bersikap agresif.
Karena itu Seno kembali mengimbau agar masyarakat bersikap bijak dalam menjaga kelestarian alam. Karena salah satu faktor penyebab terjadinya konflik antara manusia dengan hewan buas adalah kelestarian alam yang tidak dijaga (rusak).
“Terlepas dari peristiwa kemarin ya (penyerangan buaya), kelestarian alam menjadi kunci untuk keberlangsungan semua makhluk hidup. Termasuk juga hewan buas dan manusia. Dan kuncinya itu, ada di manusia. Karena itu marilah kita jaga kelestarian alam ini,” imbau Seno.
Peristiwa buaya menyerang manusia di Labura sudah beberapa kali terjadi. Sebelumnya kasus terakhir yang menyedot perhatian besar terjadi pada Minggu (26/7/2020) silam.
Ketika itu seorang petani, Ponidi (47) diterkam buaya sesaat setelah turun dari sampannya. Ketika itu Ponidi bersama istri dan anaknya, sedang memanen sawit di kebunnya, yang berada di rawa-rawa.
Selama 6 hari, jasad Ponidi tidak diketahui keberadaannya. Hingga akhirnya pada Sabtu (1/8/2020) jasadnya ditemukan seorang warga, dalam kondisi tidak utuh (kepala dan dada hilang). (ded/bri/mc)