Medancyber.com – Medan
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menanggapi tutupnya 50 gerai fisik yang dimiliki PT Sepatu Bata Tbk. (BATA) selama 2020 akibat penurunan penjualan. Ia menduga kondisi ini berhubungan dengan berkurangnya minat anak sekolah untuk membeli sepatu selama pandemi Covid-19.
“Orang tidak beli sepatu, baju. Anak tidak sekolah, tidak beli sepatu dan lain-lain,” ujar Budihardjo, Minggu (20/6/2021).
Budihardjo menyebut pengusaha sangat terdampak pandemi karena adanya pembatasan aktivitas masyarakat. Sepanjang 2020 hingga paruh pertama 2021, banyak gerai retail fisik alias offline tutup. Sebelum Sepatu Bata, toko retail seperti Matahari Mall, Ramayana, dan Giant lebih dulu menyudahi operasional sebagian besar tokonya.
Perusahaan-perusahaan retail pun memilih menjual produk-produknya melalui saluran daring atau online. Selain menekan biaya karyawan dan sewa, peralihan model pemasaran ini menjawab tantangan atas perubahan pola hidup masyarakat yang lebih banyak berbelanja melalui saluran digital selama pagebluk.
Meski menghadapi tantangan berat, Budihardjo mengatakan perusahaan-perusahaan retail yang memiliki toko fisik masih memiliki harapan untuk bertahan pada 2022. Namun, tutur dia, pemerintah mesti turun tangan untuk membantu dunia usaha.
“Asal dibantu pemerintah, seperti Singapura kemarin membuat inisiatif untuk pedagang due to lockdown,” ujar Budihardjo.
Perusahaan sepatu Bata mengumumkan telah menutup 50 gerai fisik atau offline-nya di Indonesia selama 2020. Emiten berkode BATA tersebut memilih menggenjot penjualan produk-produknya secara daring.
Direktur Sepatu Bata Sanusi Kamad mengatakan perusahaannya mengalami penurunan penjualan akibat pandemi Covid-19. Selama 2020, Bata membukukan penjualan sebesar Rp 496,58 miliar atau turun nyaris 51 persen ketimbang 2019 yang mampu mencetak penjualan Rp 931,27 miliar.
“Kita fokus pada digital bisnis, walaupun toko bermasalah dalam antrean harus ditutup, tapi kami memfokuskan diri menambah penjualan di lini yang bersifat digital,” tutur Sanusi dalam paparan publik prusahaan, 17 Juni lalu.
Penutupan 50 gerai milik Sepatu Bata dilakukan di toko-toko yang dianggap sudah tidak menguntungkan. Dengan penutupan tersebut, jumlah gerai perseroan pada Mei 2021 menyusut tinggal 460 unit. (Rsi/Mc)