Medancyber.com – Jakarta
Harga minyak dunia mencetak rekor kenaikan tertinggi sejak Oktober 2018 pada perdagangan Jumat (25/6), waktu Amerika Serikat (AS). Kenaikan dipicu oleh ekspektasi pertumbuhan permintaan yang melampaui pasokan minyak OPEC+.
Dilansir dari Reuters, harga minyak Brent naik 62 sen atau 0,8 persen menjadi US$76,18 per barel. Sedangkan, minyak acuan West Texas Intermediate (WTI) naik 1 persen atau 75 sen menjadi US$74,05 per barel. Kedua kontrak minyak tersebut merupakan titik tertingginya sejak 3 tahun lalu dan naik 3 persen sepanjang pekan lalu.
“Reli harga minyak mentah dikarenakan prospek permintaan yang membaik dan ekspektasi pasar akan tetap ketat karena OPEC+ kemungkinan hanya akan menaikkan sedikit produksi pada pertemuan tingkat menteri 1 Juli,” kata Edward Moya, Analis Pasar Senior OANDA seperti dikutip, Senin (28/6).
Saat ini, semua mata tertuju pada OPEC+ yang akan bertemu pada 1 Juli untuk membahas pelonggaran lebih lanjut pengurangan produksi mereka mulai Agustus mendatang.
Pialang Minyak dari PVM Stephen Brennock, menilai para produsen saat ini memiliki ruang yang cukup untuk meningkatkan pasokan tanpa merusak prospek pasar yang saat ini sedang cerah.
Di sisi permintaan, Analis menyebut faktor utama yang harus dipertimbangkan OPEC+ adalah pertumbuhan yang kuat di AS, Eropa, dan China, didukung oleh peluncuran vaksin dan pembukaan kembali ekonomi.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah prospek pencabutan sanksi terhadap Iran. Dikhawatirkan, pencabutan sanksi akan membuat pasar dibanjiri stok minyak dalam waktu dekat.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pertimbangan pencabutan sanksi adalah masalah kepatuhan Teheran dengan kesepakatan nuklir 2015.
Antony menyebut, kurangnya kesepakatan sementara antara pengawas nuklir PBB dan Iran tentang pemantauan aktivitas atom adalah masalah serius yang telah dikomunikasikan ke Teheran. Iran belum menanggapi pengawas nuklir PBB tentang perpanjangan perjanjian pemantauan yang berakhir pada pekan lalu.
“Jika kesepakatan Iran tidak tercapai pada 1 Juli, kami mengantisipasi OPEC+ kembali ke pengaturan kuota bulan demi bulan dan mengumumkan peningkatan produksi sederhana untuk Agustus pada pertemuannya minggu depan,” kata Analis ClearView Energy Partners LLC dalam sebuah laporan.(cnn/japs)