Medancyber.com – Medan
Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, terlihat marah saat diminta keterangan terkait oknum guru di Sekolah SMA Negeri 3 Medan yang diduga melakukan pungutan terhadap orangtua murid untuk meluluskan calon siswa dengan nilai Rp12 juta.
Edy menyebutkan, guru tidak boleh melakukan pungutan liar (Pungli) dan apabila terbukti, guru tersebut diminta untuk dipecat.
“Pecat, ya dipecat. Guru kencing berdiri murid kencing berlari,” kata Edy saat diwawancarai di Rumah Dinas, Jalan Jenderal Sudirman, No. 41 Medan, Rabu (14/7).
Sebelumnya, Sejumlah orangtua calon peserta didik baru di SMA Negeri 3 Medan mengaku dimintai uang sebesar Rp12 juta agar anaknya diterima setelah pengumuman jalur zonasi.
Menguaknya kabar ini setelah beredarnya sebuah potongan panggilan telepon antara orangtua calon siswa dan oknum guru yang direkam. Selain itu ada juga screenshot percakapan via WhatsApp antara orangtua dan guru.
Saat dikonfirmasi, pemilik suara yang merupakan orangtua CNF yang melamar di SMA Negeri 3 Medan, melalui jalur zonasi meminta agar namanya dirahasiakan.
Dia mengakui, pada Senin 12 Juli 2021 pagi suaminya dihubungi melalui telepon, namun tak diangkat. Sehingga keesokan harinya, Dia berinisiatif menghubungi nomor tersebut yang merupakan nomor sang guru berinisial IW. Melalui percakapan WhatsApp. Dia memulai percakapan dengan menanyakan kabar terbaru soal kelulusan anaknya.
Tak lama berselang, sang guru, IW, membalas pesan WhatsApp tersebut. “Saya hanya mendengar ada celah untuk masuk buk. Tapi dengan angka yang tidak sedikit. Jadi saya ragu menelepon ibu. Dan waktunya tinggal hari ini sampai pukul 12.00 WIB siang,” kata IW. Sontak orang CNF langsung menanyakan berapa biayanya. “12 juta buk,” kata IW.
Sementara itu, sang guru, IW, yang dikonfirmasi menjelaskan kronologis kejadian ini. Dia tidak membantah percakapan dirinya dengan orangtua CBF.
Awalnya itu kata IW, terjadi karena sang orangtua mendatangi dirinya di sekolah meminta bantuan meluluskan anaknya sebelum pengumuman kelulusan.
“Saya hanya mendengar kabar ada celah, tapi ternyata gak ada celah,” kata Iw.
Selain itu, IW juga meminta persoalan ini tidak dibesar-besarkan. Sebab lanjutnya,
tidak ada jual-beli kursi yang terjadi. “Saya hanya guru biasa, bukan panitia,” pungkasnya.(*)
Editor : Jafar Sidik