Catatan: Wiku Sapta, Pemred Medancyber
Siapapun pasti pernah mengalami kejadian darurat dan butuh pertolongan sesegera mungkin. Jika Amerika Serikat memiliki layanan nomor 911, maka Indonesia juga punya daftar nomor telepon darurat untuk segala situasi genting. Salah satunya 110 dan 112.
Panggilan darurat 911 pertama kali dilakukan di Amerika Serikat pada 16 Februari 1968 di Haleyville, Alabama. Nomor ini dipilih karena mudah diingat dan pada saat itu tidak ada kode area atau kode kantor yang menggunakannya.
Nomor darurat 911 digunakan untuk melaporkan situasi yang mengancam jiwa yang memerlukan bantuan darurat dari polisi, medis, atau pemadam kebakaran dan masalah yang terjadi di masyarakat.
Selain Amerika Serikat, negara lain yang juga mengadopsi nomor darurat 911 adalah Kanada. Di Indonesia, ada nomor darurat 112 dan 110 yang berfungsi seperti 911 di Amerika.
Nah cerminan 112, 110, bahkan 911 nya Negeri Paman Sam itu, serpihannya ada di Medan. Di diri Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, Kapolrestabes Medan. Bedanya tak hanya berbentuk bertelepon, mengadu langsung pun selalu diresponnya secepat kesanggupannya.
Ini bukan sanjungan, tapi nyata adanya. Beberapa kali saya merasakan respon sigapnya. Persisnya dua kali lah heheehehe.
Pertama; saat berdiskusi di Graha Pena kantor Posmetro Medan di Amplas, belum lama ini. Topik diskusi ketika itu beragam. Namun terfokus pada satu hal tentang keresahan penyalahgunaan narkoba yang makin menggurita di sebuah kawasan di Medan. Sebut saja Jermal.
KBP Gidion menyerap informasi yang diperolehnya dari diskusi tersebut. “Masyarakat sudah resah soal peredaran narkoba di Jermal, bang. Mohon atensinya,” ujar seorang jurnalis di ruangan itu.
Gidion pun berjanji akan memprioritaskan pemberantasan narkoba disana, bahkan kantung-kantung darurat penyalahgunaan narkoba di kawasan lain di Medan. Brak….Esok harinya, segerombolan personil reserse narkoba bertindak.
Sebuah kampung di kawasan Jermal, digrebek. Sejumlah barang bukti dan tersangka diamankan. “Ini bukti bahwa polisi merespon cepat segala informasi yang disampaikan masyarakat, bentuk polisi hadir di tengah-tengah,”kata mantan Kapolres Metro Jakarta Utara, itu saat ditanya aksi Grebek Kampung Narkoba yang diakukan anak buahnya.
Saya bukan mau mengupas bahwa tindakan polisi menggelar GKN itu hanya lips service semata. Atau bahkan pencitraan, bukan.
Karena biasanya selalu ada cibiran bahwa setelah dilakukan tindakan penggrebekan, bandit-bandit narkoba di kampung itu akan bermunculan lagi. Seperti main kucing-kucingan.
Atau seperti kisah Ladusing sosok Kapten Polisi di negeri Prindavan, pun kisah polisi seperti diceritakan difilm-film Bolywood. Yang selalu datang terlambat usai kejadian.
Saya mengapresiasi kesigapan respon yang dicontohkan KBP Gidion. Begitu informasi didapat, sekecil apapun informasi itu, maka langsung diambil tindakan, setelah dilakukan pengecekan. Tak hanya didengar dan diserap tapi dibuktikan dengan sebuah tindakan.
Pun perihal anak Sekolah Menengah Pertama yang dianiaya dua pria dewasa di kawasan Medan Polonia. Sang anak babak belur dipukul lantaran mencuri buah-buahan di rumah warga. Perkara sepele tapi membuat anak tersebut trauma.
Laporannya sudah dua bulan berlalu. Ayah korban pesimis aduannya tak ditindaklnjuti. Namun itu terbantahkan saat mantan Direktur Kriminal Khusus dan Direktur Kriminal Umum Polda Jawa Timur itu mendengar hal itu.
KBP Gidion menyikapinya dengan segera mengecek keberadaan laporan Hamidi tersebut. “Sudah ditingkatkan menjadi Sidik. Itu artinya polisi menindaklanjuti laporan orang tua korban. Tidak ada (laporan) yang didiamkan, semua berproses,” ucapnya.
Tak sampai disitu. Gidion juga berencana menyambangi rumah anak berusia belasan tahun itu. Untuk memberikan rasa nyaman terhadap anak dan keluarganya. “Tim dari Poltabes (sekarang Polrestabes Medan) sudah menelepon. Senin pak Kapolres nya mau datang,” chat seorang warga ke media melaporkan gercepnya Gidion.
Dan itu dibuktikannya. Meski meleset sehari, karena bertepatan Senin merupakan peringatan Hari Sumpah Pemuda, pria kelahiran Juni 1975 itu menggeser janjinya mengunjungi Rehan pada Selasa pagi.
Terbukti. Di bawah jam 11 pagi, rombongan Kapolrestabes Medan dan beberapa personel polisi berseragam dan tak berseragam, pun polisi wanita, mendatangi kediaman Rehan. Gidion melakukan langkah-langkah resfresif agar sang anak nyaman berbicara dan didatangi polisi.
“Ini bagian dari upaya kita menciptakan ruang nyaman bagi anak. Polisi hadir bukan untuk bikin takut masyarakat, apalagi anak-anak. Tapi sebagai pelayan, pelindung dan penganyom. Kalau kota ini sudah nyaman buat anak, maka aman untuk orang tua dan semua,” jelas Gidion.
“Terimakasih pak Kapolres. Ternyata laporan kami tidak didiamkan. Terimakasih juga sudah datang ke rumah kami,” ucap Hamidi dengan mata berkaca-kaca.
Begitulah adanya Gidion, yang menurut saya mendekati kesigapannya 911 seperti dikisahkan dalam film-film Holywood. Bergerak cepat menindaklanjuti segala bentuk informasi dan aduan, sehingga masyarakat merasakan manfaat langsung hadirnya polsi sebagai pelindung sipil. (**)